Jumat, 16 September 2016

pakaian adat madura pria dan wanita

Pakaian Adat Madura Pria dan Wanita, Gambar dan Keterangannya Administrator Add Comment 2. Jawa, Pakaian Adat Jumat, 27 Mei 2016 Pakaian Adat Madura – Madura adalah pulau kecil yang letaknya berada di timur laut Pulau Jawa. Pulau dengan luas 5.168 km² ini dihuni oleh suku Madura selaku mayoritasnya. Suku Madura memiliki kebudayaan tinggi dan sejarah peradaban yang cukup maju di masa silam. Bukti kemajuan dari kebudayaan dan peradaban Madura, salah satunya dapat kita lihat dari pakaian adatnya yang sarat akan nilai filosofis. Nilai filosofis apa saja yang dimiliki pakaian adat Madura ini? Pakaian Adat Madura 1. Pakaian Adat Madura Pria Nama pakaian adat Madura adalah baju pesa’an. Baju ini sebetulnya adalah baju sederhana yang dikenakan sehari-hari oleh orang-orang suku Madura di masa silam, baik untuk melaut, berladang, maupun untuk menghadiri upacara adat. Penggunaannya pun tidak terbatas baik untuk usia, jenis kelamin, maupun status sosial bagi orang yang mengenakannya. Tampilan baju pesa’an ini dapat Anda lihat pada gambar ilustrasi di bawah ini! Baju pesa’an adalah baju hitam yang serba longgar dengan dalaman berupa kaos belang merah putih atau merah hitam. Baju ini dikenakan bersama celana gomboran, yaitu celana kain hitam yang panjangnya tanggung antara lutut dan mata kaki. Penggunaannya dilengkapi pula oleh odeng atau penutup kepala sederhana dari balutan kain, sarung kotak-kotak dan sabuk katemang, tropa atau alas kaki, serta senjata Tradisional Madura yang berupa celurit. Secara filosofis, longgarnya pakaian adat Madura ini memiliki arti bahwa suku Madura adalah suku yang menghargai kebebasan. Kaos dengan warna belang yang kontras menunjukan bahwa masyarakat Madura adalah masyarakat dengan mental pejuang, tegas dan pemberani. Penggunaan odheng atau ikat kepala juga sarat akan nilai-nilai filosofis. Semakin tegak kelopak odheng dikenakan, maka semakin tinggi pula derajat kebangsawanan si pemakainya. Untuk orang sepuh, odheng digunakan dengan ujung dipilin, sementara untuk yang masih muda, ujungnya dibiarkan tetap terbeber. Odheng ada beberapa ukuran dan memiliki beberapa motif. Berdasarkan bentuknya, ada odheng peredhan (besar) dan odheng tongkosan (kecil), sementara berdasarkan motifnya ada odheng motif modang, garik atau jingga, dul-cendul, storjan, bere` songay atau toh biru. Ikatan odheng yang dikenakan dalam pakaian adat Madura juga memiliki makna tersendiri. Pada odheng peredhan misalnya, ujung simpul bagian belakang dipelintri tegak lurus ke atas untuk melambangkan huruf alif. Huruf alif adalah huruf pertama dalam aksara Hijaiyah (Arab). Sementara pada odheng tongkosan kota, simpul di bagian belakang dibentuk seperti huruf lam alif. Kedua bentuk simpul odheng ini melambangkan pengakuan atas keesaan Alloh, mengingat masyarakat suku Madura merupakan masyarakat penganut Islam yang taat. Baca Juga : Pakaian Adat Riau Bagi para bangsawan, baju pesa’an biasanya dikenakan pula bersama beberapa aksesoris, di antaranya rasughan totop (jas tutup  berwarna polos), samper kembeng (kain panjang), jam saku, sap-osap (sapu tangan), stagen, jepit kain, sabuk katemang, perhiasan selo’ (seser), cincin geleng akar (gelang dari akar bahar), arloji rantai, dan sebum thongket atau tongkat. 2. Pakaian Adat Madura Perempuan Sama seperti pakaian pria, pakaian adat Madura untuk perempuan pun memiliki desain dan motif yang sederhana. Nama pakaian untuk perempuannya adalah kebaya tanpa kutu baru dan kebaya rancongan. Kebaya ini digunakan dengan dalaman berupa bh warna kontras, seperti hijau, merah atau biru yang ukurannya ketat pas badan. Bahan kebaya yang menerawang dan dipadupadankan dengan bh berwarna kontras membuat perempuan madura tampak molek. Penggunaan kebaya ini memiliki nilai filosofis bahwa wanita Madura memang sangat menghargai kecantikan dan keindahan bentuk tubuh. Hal lain yang membuktikan filosofi ini adalah bahwa sejak remaja, gadis madura akan mulai diberi jamu-jamu khusus yang menunjang kecantikan dan kemolekannya, lengkap dengan berbagai pantangan makanan yang anjuran-anjuran lain seperti penggunaan penggel untuk membentuk tubuh yang padat dan indah. Kebaya sebagai atasan akan dipadukan dengan sarung batik dengan motif tertentu sebagai bawahan. Motif sarung yang biasa digunakan misalnya motif tabiruan, storjan, atau lasem. Penggunaan kebaya dan sarung juga dipadukan dengan stagen Jawa (Odhet) yang panjang dan lebarnya masing-masing 1,5 m dan 15 cm diikatkan di perut
l.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar