Home » 2. Jawa » Pakaian Adat » Pakaian Adat Madura Pria dan Wanita, Gambar dan Keterangannya Pakaian Adat Madura Pria dan Wanita, Gambar dan Keterangannya Administrator Add Comment 2. Jawa, Pakaian Adat Jumat, 27 Mei 2016 Pakaian Adat Madura – Madura adalah pulau kecil yang letaknya berada di timur laut Pulau Jawa. Pulau dengan luas 5.168 km² ini dihuni oleh suku Madura selaku mayoritasnya. Suku Madura memiliki kebudayaan tinggi dan sejarah peradaban yang cukup maju di masa silam. Bukti kemajuan dari kebudayaan dan peradaban Madura, salah satunya dapat kita lihat dari pakaian adatnya yang sarat akan nilai filosofis. Nilai filosofis apa saja yang dimiliki pakaian adat Madura ini? Pakaian Adat Madura 1. Pakaian Adat Madura Pria Nama pakaian adat Madura adalah baju pesa’an. Baju ini sebetulnya adalah baju sederhana yang dikenakan sehari-hari oleh orang-orang suku Madura di masa silam, baik untuk melaut, berladang, maupun untuk menghadiri upacara adat. Penggunaannya pun tidak terbatas baik untuk usia, jenis kelamin, maupun status sosial bagi orang yang mengenakannya. Tampilan baju pesa’an ini dapat Anda lihat pada gambar ilustrasi di bawah ini! Baju pesa’an adalah baju hitam yang serba longgar dengan dalaman berupa kaos belang merah putih atau merah hitam. Baju ini dikenakan bersama celana gomboran, yaitu celana kain hitam yang panjangnya tanggung antara lutut dan mata kaki. Penggunaannya dilengkapi pula oleh odeng atau penutup kepala sederhana dari balutan kain, sarung kotak-kotak dan sabuk katemang, tropa atau alas kaki, serta senjata Tradisional Madura yang berupa celurit. Secara filosofis, longgarnya pakaian adat Madura ini memiliki arti bahwa suku Madura adalah suku yang menghargai kebebasan. Kaos dengan warna belang yang kontras menunjukan bahwa masyarakat Madura adalah masyarakat dengan mental pejuang, tegas dan pemberani. Penggunaan odheng atau ikat kepala juga sarat akan nilai-nilai filosofis. Semakin tegak kelopak odheng dikenakan, maka semakin tinggi pula derajat kebangsawanan si pemakainya. Untuk orang sepuh, odheng digunakan dengan ujung dipilin, sementara untuk yang masih muda, ujungnya dibiarkan tetap terbeber. Odheng ada beberapa ukuran dan memiliki beberapa motif. Berdasarkan bentuknya, ada odheng peredhan (besar) dan odheng tongkosan (kecil), sementara berdasarkan motifnya ada odheng motif modang, garik atau jingga, dul-cendul, storjan, bere` songay atau toh biru. Ikatan odheng yang dikenakan dalam pakaian adat Madura juga memiliki makna tersendiri. Pada odheng peredhan misalnya, ujung simpul bagian belakang dipelintri tegak lurus ke atas untuk melambangkan huruf alif. Huruf alif adalah huruf pertama dalam aksara Hijaiyah (Arab). Sementara pada odheng tongkosan kota, simpul di bagian belakang dibentuk seperti huruf lam alif. Kedua bentuk simpul odheng ini melambangkan pengakuan atas keesaan Alloh, mengingat masyarakat suku Madura merupakan masyarakat penganut Islam yang taat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar